Pages

Minggu, 03 April 2011

SUNGGUH DIA AKAN DATANG

#include "stdafx.h"
#include
using namespace std;

Baris code di atas sedang saya tulis pagi ini. Tepatnya sesaat sebelum hape saya bergetar tanda sms masuk. Lumayan mengagetkan saya, karena memang saya taruh di atas meja berdampingan dengan laptop tercinta. Dan ternyata sms berisi jarkom(penyebutan sms berantai satu angkatan kuliah).
Isinya tak kalah mengejutkan. Berita duka dari 3 orang kawan di jurusan teknik sipil. Ketiganya meninggal dunia dengan perantara kecelakaan sepulang dari Grand City. Huf...Tangan saya lemas. Bahkan sekarang, saat mengetik tulisan ini pun sy masih merasakan demikian. Teramat muda untuk merasakan sakitnya sakratul maut, pikir saya.
Tapi, bukankah bs saja satu detik lagi adalah giliran saya? Hanya Allah yang tahu. Saya? hanya bs berdoa semoga dosa2 diampuni.
Hampir selalu ketika mendengar berita duka, tubuh rasanya langsung lemas. Apalagi jika yang meninggal adalah saudara atau teman seperjuangan. Seperti beberapa saat lalu ketika seorang sahabat yang sudah lebih dari 1 tahun tidak bertemu, tiba2 dikabarkan meninggal dunia karena sakit gagal ginjal. Sedih rasanya. Tapi tidak sampai di situ. Menusuk. Bagaimana jika setelah ini saya?
Maka, diri ini pun cepat2 untuk bertobat. Mungkin juga dengan anda. Kematian adalah sebuah alat pembelajaran(baca:penghajar) yang paling ampuh untuk kita, para manusia. Tapi sungguh, banyak di antara manusia yang dihajar pun tak sadar2. padahal sungguh, kematian itu datang. Masih banyak yang bermaksiyat. Mungkin juga dengan saya. Setelah mendengar berita duka langsung tobat. tapi setelah itu??? mungkin balik lagi...

confused
Apakah wajar jika tabiat manusia memang seperti ini?Saya sungguh tidak setuju jika jawaban anda adalah iya. Karena kita, manusia. Makhluk berakal dengan segenap aturan yang diberikan olehNya. lantas kenapa? ketika sudah jelas konsekuensinya, kewajiban urung kita laksanakan? alasannya bla bla bla...mungkin bagi anda yang menyandang gender wanita, untuk tidak berjilbab dan berkerudung anda bilang belum matang, harus memperbaiki diri, ndak punya jilbab ma kerudungnya,atau belum siaplah. Padahal pasti ajal itu siap menjemput. Bagi anda para lelaki, sudah pasti jadi aktivis dakwah itu wajib. Tapi??? huf... susahnya di ajak ngaji... Kata kawan2 saya..."Ngoding lebih penting..." naudzubillah...
Mengapa dan mengapa? pertanyaan yang selalu muncul di kepala. Ketika mengajak kawan untuk menuju jalanNya, penolakan yang kita terima. Ketika memberi tahu bahwa demokrasi haram(dalil pasti), tapi keengganan dan keraguan yang dimunculkan. Bahkan, seorang kawan aktivis BEM, muslim, aktivis dakwah pula, menentang dengan halus perubahan dunia dengan penegakan khilafah. Yang ditentang dalil bung, bukan logika manusia. Padahal sudah jelas dalilnya. Mungkin juga saya tak pantas bicara seperti ini. tapi sungguh dia(baca: kematian) pasti datang. lantas apa persiapan kita? Terlalu banyak alasan. seperti yang saya katakan tadi, mungkin pun termasuk saya yang terlalu banyak hujah menunda kewajiban.
Terlalu meremehkan kah kita?? sy tidak tahu... dan saya tidak bisa menjawab.